Sejak tahun 1980 Propinsi Sumatera Barat sudah berhasil melaksanakan swasembada beras, sehingga dapat memenuhi kebutuhan propinsi lainnya, di antaranya Bengkulu dan Riau. Dengan melalui metoda “Padi Tanam Sebatang” atau cara budidaya tanam padi intensif dan efisien diharapkan Propinsi Sumbar akan menghasilkan beras/padi bermutu di samping peningkatan produktivitas per hektar, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
“Metode atau cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien melalui sistem perakaran dengan berbasis tiga pengelolaan, yaitu pengelolaan tanah yang sehat, pengelolaan tanaman yang efisien dan pengelolaan air yang hemat akan dapat meningkatkan produksi beras/padi di Sumatera Barat”, kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat Ir. Djoni kepada “Sinta” di ruang kerjanya baru-baru ini.
Berdasarkan uji coba di beberapa kabupaten/kota di Sumbar produksi padi tanam sebatang telah mencapai 7-10 ton/hektar. Hal ini membuktikan dengan jumlah anakan produktif mencapai 33-45 malai/rumpun dan jumlah anakan yang paling tinggi mencapai 70-80 anakan produktif, sehingga hal ini bukan keajaiban, tetapi dapat dibuktikan.
Cenderung TurunMenurut Ir. Djoni, selama ini kondisi tanah telah mengalami penurunan, karena kurangnya tersedia bahan organik akibat penggunaan bahan kimia (pupuk buatan/pabrik) yang kurang terkontrol. Juga pemakaian pestisida yang sarat dengan zat kimia tidak mempertimbangkan lagi dampak buruknya, seperti pencemaran lingkungan, tidak aktifnya organisme dalam tanah, terbunuhnya musuh alami, hama menjadi kebal, dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah ini dilakukan berbagai upaya, di antaranya pemberian komposisasi jerami pada lahan seluas 45.000 hektar. Pada lahan sawah yang sudah dipanen jerami tidak boleh dibakar tetapi dibuat kompos dan petani yang melaksanakan kegiatan tersebut diberi insentif Rp. 200.000. Namun bagi petani yang mempergunakan untuk pakan ternak, diharapkan untuk mengembalikan kotoran sebagai pupuk kandang pada lahan pertanian.
“Metode atau cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien melalui sistem perakaran dengan berbasis tiga pengelolaan, yaitu pengelolaan tanah yang sehat, pengelolaan tanaman yang efisien dan pengelolaan air yang hemat akan dapat meningkatkan produksi beras/padi di Sumatera Barat”, kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat Ir. Djoni kepada “Sinta” di ruang kerjanya baru-baru ini.
Berdasarkan uji coba di beberapa kabupaten/kota di Sumbar produksi padi tanam sebatang telah mencapai 7-10 ton/hektar. Hal ini membuktikan dengan jumlah anakan produktif mencapai 33-45 malai/rumpun dan jumlah anakan yang paling tinggi mencapai 70-80 anakan produktif, sehingga hal ini bukan keajaiban, tetapi dapat dibuktikan.
Cenderung TurunMenurut Ir. Djoni, selama ini kondisi tanah telah mengalami penurunan, karena kurangnya tersedia bahan organik akibat penggunaan bahan kimia (pupuk buatan/pabrik) yang kurang terkontrol. Juga pemakaian pestisida yang sarat dengan zat kimia tidak mempertimbangkan lagi dampak buruknya, seperti pencemaran lingkungan, tidak aktifnya organisme dalam tanah, terbunuhnya musuh alami, hama menjadi kebal, dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah ini dilakukan berbagai upaya, di antaranya pemberian komposisasi jerami pada lahan seluas 45.000 hektar. Pada lahan sawah yang sudah dipanen jerami tidak boleh dibakar tetapi dibuat kompos dan petani yang melaksanakan kegiatan tersebut diberi insentif Rp. 200.000. Namun bagi petani yang mempergunakan untuk pakan ternak, diharapkan untuk mengembalikan kotoran sebagai pupuk kandang pada lahan pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar